Oleh: Fauzi Azis
BUMI adalah tempat kita dilahirkan dan tempat kita
berpijak dan di bumi pulalah Tuhan menitipkan kepada manusia agar
dikelola dengan bertanggungjawab. Umur bumi pasti sudah tua renta. Kita
bisa membayangkan apa yang dialami manusia kalau umurnya makin menua,
ada yang sakit-sakitan, pendengaran mulai berkurang dan pisiknya pasti
tak sekuat lagi seperti di kala muda.
Ngurus dirinya sendiri saja sudah repot dan karenanya
membutuhkan pertolongan orang lain yang lebih muda dan sehat. Di bumi
pula sudah sering terjadi bencana demi bencana dari yang ringan sampai
yang paling berat yang dampaknya sangat destruktif bagi kehidupan umat
manusia. Bumi kita yang sudah tua ini masih menjadi rebutan saja oleh
manusia sedunia yang mengatasnamakan negara perusahaan korporasi kelas
dunia untuk terus dikeruk apa yang ada di dalam perut bumi. Ada yang
berupa hasil tambang dan mineral dan ada pula dalam bentuknya yang lain.
Di atas permukaan bumi dimana kita hidup dan bermukim juga
diperebutkan dengan begitu sengit antara masyarakat dengan para pemilik
modal yang biasanya berujung pada kekalahan masyarakat biasa. Alasannya
sederhana sebagai penyebabnya yaitu takut nggak bisa hidup lagi di atas bumi, takut nggak bisa ngais
makanan dan minuman lagi. Fenomena alam seperti ini mudah-mudahan
membuat semua di dunia sadar bahwa memang bumi kita sudah makin menua
yang secara alamiah dan manusiawi harusnya makin disayang, dirawat
dengan baik agar daya tahan tubuhnya paling tidak masih bisa bertahan.
Secara alamiah bumi kita akan mengalami kepunahan, seperti halnya
mahluk hidup yang lain juga akan mengalami kematian saat kiamat datang.
Dari fenomena alam yang seperti itu, maka kalau manusia sadar dan
menyadari ekisistensinya juga akan mengalami masa kepunahan, yang
diperebutkan dalam tahun-tahun terakir ini dan disisa waktu yang ada
adalah hanya soal pangan dan energi. soal hidup mati bukan? Karena
secara hukum alamnya memang begitu, hidup untuk makan dan bernafas untuk
bisa hidup, coba kalau oksigen tidak ada, matilah kita semua.
Para ahli geologi di dunia pernah melakukan penelitian dan dari hasil
penelitiannya itu menunjukkan pada kita bahwa bumi tempat kita berpijak
ini umurnya sudah hampir 5 miliar tahun. Anda boleh percaya boleh
tidak. Seperti tadi sudah dijelaskan, bumi yang umurnya sudah sangat tua
ini, ibarat manusia, semakin renta dan makin degerogoti penyakit
degeneratif. Tulang-tulangnya mulai rapuh, kulitnya mengeriput,
otot-ototnya mengeras dan kaku, pikirannya mulai pikun.
Kata para ahli geologi tadi, katanya bumi terlahir sebagai anak
matahari, dia dulunya bagian dari matahari, ketika masih berbentuk awan
panas atau nebula. Awan panas itu berpusar-pusar dengan bagian tengah
yang paling panas. Semakin ke pinggir semakin dingin. Makin lama bagian
yang terpinggirnya makin dingin dan mengarah pada terbentuknya padatan,
menjadi cikal bakal planet.
Begitulah berangsur-angsur terbentuk planet-planet di sekitar matahari, termasuk planet yang ketiga dinamakan bumi (Agus Mustofa, Menghindari Abad Bencana).
Begitu tuanya usia bumi, masih tegakah manusia akan terus berbuat
semena-mena tanpa pernah ada rasa empati untuk merawat dan menyayangi
bumi yang sudah tua renta ini. Kalau manusia terus memperlakukannya
kasar dan tanpa rasa welas asih sedikitpun apakah manusia masih pantas
menyandang gelar beradab atau bukan malah layak diberi gelar biadab.
Pertanyaan ini hanya manusia yang bisa menjawabnya sendiri. Kalau
tetap ingin menyandang gelar manusia yang beradab, maka akal budi dan
tindakannya dalam memperlakukan bumi yang sudah tua renta harus
dilakukannya dengan penuh kebijaksanaan dan rasa empati yang dalam. Tapi
kalau manusia memperlakukannya dengan semangat ingin terus
memperlakukannya dengan serakah dan penuh kesombongan, maka manusia
tidak pantas lagi disebut sebagai manusia yang beradab tapi biadab.
Kalau perilakunya demikian maka maaf, manusia telah benar-benar
menjalankan misinya sebagai layaknya binatang. Binatang buas yang
berperilaku kanibal, bertindak sebagai the animal economicus.
Akhir zaman pasti akan tiba waktunya kapanpun. Kita tidak perlu
menghitung hitung kapan datangnya dan tidak perlu repot-repot membuat
catatan di kalender, tahun depan bumi akan berulang tahun yang
keberapa?.
Yang perlu dilakukan oleh kita semua dari sisa waktu yang tersedia
ini adalah membangkitkan kesadaran dan sekaligus membuat neraca
kehidupan kita disaat kita hidup bersama kakek kita yang bernama bumi.
Jangan-jangan dikolom kreditnya manusia banyak berhutang terhadap bumi.
Mengeksploitasi bumi dengan serakah dan arogan adalah hutang manusia
kepada bumi. Di sisi kolom debet apa yang telah manusia manusia perbuat
terhadap bumi.
Nilai cashnya berapa, nilai inventorinya berapa, nilai piutangnya berapa. Kalau menutup hutangnya hanya dengan ngomong doank, ataupun kalau ada pengorbanan secara cash dalam jumlah seberapa besar sih yang
udah kita sisihkan?. Kalau cuman bersih-bersih got saja rasanya tidak
memadai atau katakan kalau dilakukan dengan menanam 1 milyar pohon juga
belum cukup rasanya karena hutang kita kepada bumi sudah kelewat banyak
dan susah menghitungnya.
Dari neraca yang kita buat hampir pasti sisi hutangnya yang paling
besar. Bagimana membayar hutang kita kepada bumi. Caranya gampang saja,
yaitu, modal kita yang masih ada dan tersisa kita gunakan untuk menutup
dan melunasi hutang kita kepada bumi, Aset itangible yang masih
kita miliki di sisi debet yang berupa ahlak yang mulya, akal budi yang
sehat, kesantunan kita juga harus kita gunakan untuk membayar hutang
kepada bumi.
Dengan cara ini bumi akan tersenyum dan manusia mudah-mudahan juga bisa ikut tersenyum. Semoga saja neraca hidup kita klop disisi
debet dan di baki kreditnya. Kalaupun sisa hutangnya masih ada
mudah-mudahan tidak terlalu besar nilainya dan bumi tidak pernah
menagihnya dan pasti dia merelakannya. Manusiapun sudah nggak perlu
repot-repot lagi membayar akuntan publik untuk membuat perhitungan atas
sisa hutang manusia kepada bumi.
Sudah ada akuntannya yang jauh lebih ahli dan dijamin jujur dan adil,
yaitu malaikat yang mendapat tugas sebagai auditor oleh Tuhan. Oleh
karena itu, sebelum bumi meninggalkan kita dan sebelum juga kita
meninggalkan bumi, maka mintalah maaf kepada bumi yang sekian lamanya
dizalimi oleh manusia. Dan atas segala kejadian tadi, maka sebelum
kiamat datang, maka bertobatlah sekarang kepada Tuhan sang pencipta bumi
dan seisinya serta pencipta makluk hidup, semoga akhir hidup manusia
bernilai kebaikan.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar